Rabu, 13 Maret 2013

Keragaman Budaya Daerah - pulau komodo

PENDAHULUAN


Taman Nasional Komodo

Taman Nasional Komodo terletak di antara dua pulau yaitu Pulau Sumbawa dan Pulau Flores antara perbatasan Nusa Tenggara Timur ( NTT ) dan Nusa Tenggara Barat ( NTB ). Di sini terdapat tiga pulau utama atau pulau yang sedikit besar yaitu Pulau Komodo, Pulau Rinca and Pulau Padar dan sisanya adalah pulau kecil dengan luas daratan 603 km2. Total luas Taman Nasional Pulau Komodo sekarang adalah 1917 km2
.

  Sejarah Taman Nasional Pulau Komodo
Taman Nasional Pulau Komodo di temukan sekitar tahun 1980 dan telah di nyatakan salah satu bagian dunia yang perlu di lindungi dan biosphere reserve oleh badan UNESCO pada tahun 1986. Taman Nasional ini awalnya di bentuk dengan tujuan untuk melesatarikan spesies Naga yang unik dan langka ( Komodo ) yang di kenal dengan bahasa ilmiahnya Varanus Komodoensis yang di temukan pertama kali oleh JKH Van Steyn sekitar tahun 1911. Setelah itu bukan hanya Naga Komodo yang di lindungi tapi semua keanekaragaman hayati baik laut dan darat masuk dalam wilayah konservasi Taman Nasional Pulau Komodo.

Mayoritas orang-orang yang tinggal di Pulau Komodo dan sekitarnya adalah Nelayan yang berasal dari Bima ( Sumbawa ), Manggara, Flores Selatan, Sulawesi Selatan yang berasal dari suku Bajau
Bugis. Suku Bajau awalnya suku yang hidup sebagai pengembara yang senang berpindah dari tempat yang satu ke tempat yang lainya.

Penghuni asli Pulau Komodo adalah orang-orang suku Ata Modo yang masih ada di Pulau Komodo tapi seiring dengan pendatang dari daerah yang lain maka darah, adat budaya dan bahasa telah bercampur dengan pendatang baru.
 

Agama
Sebagian besar nelayan yang tinggal di desa-desa daerah Pulau Komodo adalah Muslim apalagi penduduk yang berasal dari Bajau Bugis dan Bima sebagian besar beragama Islam sedangkan masyarakat yang bersalal dari Manggarai kebanyakan beragama Kristen.

Asal-Usul Nenek Moyang Penduduk Pulau Komodo
Di sebelah Barat Pulau Flores terdapat Pulau Komodo yang jarang penduduknya, pulau ini bersama pulau Rinca di sebelah timurnya terletak di Selat Sape, antara Pulau Sumbawa dan Pulau Flores. Perjalanan ke Pulau Sumbawa dilakukan dengan perahu Catatan awal untuk diketahui bahwa naskah di bawah ini merupakan kutipan dari makalah Didik Pradjoko, M.Hum, Dosen Pengajar pada Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, berjudul Migrasi, Asal Usul Nenek Moyang dan Sumber Sejarah:  Menguak Sejarah Mirasi Berdasarkan Cerita Lisan Maritim Masyarakat  Suku-Suku di Kawasan Laut Sawu, Nusa Tenggara Timur yang disampaikan dalam Konferensi Nasional  Sejarah IX bertempat di Hotel Bidakara  Jakarta, 5 – 7 Juli 2011.
melewati pulau-pulau kecil seperti Girilawa, Lulu, Bendera dan Gilibanta, yang membutuhkan waktu satu hari pelayaran. Sementara untuk berlayar menuju Labuhan Bajo di Flores memakan waktu perjalanan setengah hari, dengan melewati pulau Messah.(Verheijen, 1987: 2)
 Penduduk Pulau Komodo dikenal dengan sebutan Ata Modo dan pulaunya mereka sebut Tana Modo, dengan jumlah desa yang sedikit jumlahnya. Menurut Zollinger, sekitar tahun 1850, penduduk yang tinggal  di Pulau Komodo dahulu mengungsi ke Bima akibat adanya serangan bajak laut. (Verheijen, 1987: 4-5). Berdasarkan laporan Residen Belanda di Kupang, Gronovius yang berlayar ke, Pulau Komodo dan daerah Sape di Sumbawa timur, tahun 1846, merupakan  tempat yang dipakai sebagai pangkalan oleh para bajak laut untuk menyerang desa-desa di pantai utara Sumba, dan menangkap penduduknya untuk dijadikan budak yang diperjual belikan.
Kebanyakan kapal-kapal bajak laut itu berasal dari Bugis dan Makasar. Bahkan dalam salah satu cerita legenda orang Komodo, para bajak laut diceritakan  berasal dari negeri bajak laut, Butung (Buton) di Sulawesi tenggara. Laporan-laporan pada abad ke-19 menyebutkan Pulau Komodo adalah tempat pembuangan orang-orang yang terlibat kejahatan. Mereka adalah orang-orang yang menjadi budak akibat hutang dan orang hukuman  yang berada dibawah pengawasan wakil dari Kesultanan Bima. Pada abad ke-19 kapal-kapal dari Manggarai, daerah penguasaan Sultan Bima, yang hendak mengirim upeti tiap tahunnya, singgah di bandar di Pulau Komodo. Upeti yang diberikan terdiri dari hasil bumi, budak, lilin lebah, emas, lontar dan asam (tamarine  11 indica).(Verheijen, 1987: 4-5)
Selain penduduk asli, Pulau Komodo juga didiami oleh  orang-orang dari Sumba, Manggarai, Ambon, Kapu (dari Manggarai barat), Sape (Sumbawa timur), Bugis, Endeh (Flores tengah)  dan orang Welak (Flores barat). (Needham, 54) Letak Pulau Komodo di Selat Sape, ternyata juga menjadi daerah rute pelayaran dan perdagangan dari daerah-daerah lain, terutama dengan daerah Ende, Flores dan Sumbawa. Perahu dagang dan nelayan dari Ende bahkan menangkap ikan Hiu sampai ke perairan Pulau Komodo atau membeli hasil bumi dari penduduk seperti asam Jawa, gula enau dan tepung sagu.


Foto – foto tentang pulau komodo